Ikhlas
Ikhlas mungkin
sesuatu hal yang sulit dilakukan. Untuk
mengerti maknanya terkadang kita harus mengalami serangkaian
cobaan, salah satunya adalah melalui cobaan ”kehilangan”. Ini
yang pernah saya alami sekitar satu bulan yang lalu. Dari
peristiwa kehilangan ini Saya mulai belajar makna ikhlas. Saya kehilangan seseorang yang selama empat tahun
selalu hadir di setiap hari- hari saya, Sebut
saja ia adalah pacar saya. Kami memutuskan untuk berpisah karena banyak sekali
hal yang memang sudah layak dijadikan alasan untuk berpisah. Tapi semua alasan
itu saya ringkas menjadi kata “Takdir Allah”.
Siapa yang
menginginkan suatu hubungan yang di jalin bertahun- tahun lamanya berakhir dengan perpisahan sia- sia? Tentu saja tidak akan ada satu orang
pun yang menginginkan hal demikian. Seperti halnya dengan saya. Banyak
sekali rencana dan janji- janji indah yang telah disusun bersama. Rasa sedih,
marah, kecewa, menyesal, kehilangan semua bercampur
di dalam hati. Selama satu minggu hidup saya terbalut oleh rasa pesimis,
trauma dan kesedihan yang mendalam atau kita sebut saja dengan kata “galau”.
Singkatnya, Lepas dari satu minggu menggalau, akhirnya dengan berbagai motivasi
dan nasihat dari berbagai pihak seperti keluarga, teman- teman dan saudara.
Akhirnya saya memutuskan untuk bangkit, karena di puncak “kegalauan” itu saya
mencapai titik balik dan lebih banyak merenung berpikirir, mengevaluasi diri.
Jika saya masih berpikir dengan kehilangannya seorang “pacar” yang sangat perhatian dan begitu
menyayangi saya, saya tidak akan mendapatkan semua
rasa itu lagi ternyata saya salah besar. Ternyata banyak pihak yang
begitu peduli dan menyanyagi saya selain dia. Baru tersadar bahwa fokus perhatian saya selama ini hanya untuk dia, sehingga saya kurang membuka diri untuk orang- orang yang yang memang peduli di
lingkungan sekitar saya.
Banyak sekali
pelajaran dan hikmah yang dapat saya ambil dari peristiwa kehilangan ini.
Hikmah utama yaitu lebih banyak waktu yang saya habiskan untuk mendekatkan diri
dengan Tuhan, sehingga saya merasa lebih
dekat dengan Tuhan, yang pada akhirnya Alhamdulillah kualitas hidup saya
kembali seperti normal justru lebih baik dari sebelumnya. Kini saya merasa bebas, damai, tanpa ikatan yang
mengekang . Banyak sekali keindahan- keindahan yang saya rasakan. Ketika
kehilangan satu orang yang memang sangat di
cintai, dibalik itu masih banyak orang
yang dapat memberikan cinta dan rasa kasih sayang kepada saya.
Pada intinya
pelajaran yang saya dapat dari pada kejadian
ini adalah, meskipun sulit untuk menerima
kehilangan seseorang atau sesuatu yang berharga jika kita ikhlas, pasrah dan
pandai mengambil hikmah, insya Allah semuanya akan terasa mudah. Karena apa
yang telah
terjadi semua ini adalah kehendak-
Nya. Seorang hamba bisa saja menuliskan berbagai rencana dan angan- angan, namun tetaplah Tuhan yang
mengatur semua nya. Yakinlah bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik untuk
kita, pasrahkan semua pada Allah sang pengatur.
Jangan pernah “kekeuh”, keras
kepala terhadap sesuatu yang kita inginkan,
Allah pasti akan memberikan yang lebih, yaitu apa yang kita butuhkan. Dibalik
kesulitan pasti ada kemudahan. Seperti halnya pelangi yang datang ketika
terhentinya hujan. Janganlah bergantung pada mahluk Tuhan. semua karunia hanya milik Allah,
hanya datang dan terjadi dengan izin-Nya semata. Jangan pernah berharap dari mahluk Karena
bergantung dan banyak berharap pada mereka hanyalah akan menyisakan kekecewaan
dan kegelisahan
Pasrahanlah.
Kepada Allah lah semuanya kan kembali, bergantunglah kepada – Nya karena
di dunia ini kita bukan lah siapa- siapa, tanpa
di beri apa- apa. Semua yang kita miliki ayah, ibu, sahabat, harta semuanya
hanyalah titipan semata.
0 komentar:
Posting Komentar